Beranda » Ahlulbait » Ahlulbait Di Mata Ibnu Taymiah

Ahlulbait Di Mata Ibnu Taymiah

Diedit ulang tgl 1/12/2008

Artikel dibawah ini kami edit ulang/ralat (kutipan yang kami ralat, kami tulis dengan warna merah) kareana terjadi kekeliruan salah kutip atas ucapan Ibnu Taymiah dalam Minhajussunnah-nya pada jawaban pertama. keterangan selanjutnya soal ini akan kami jelaskan dalam artikel khusus yang akan datang untuk membantah balik blog haulasyiah.

_________________

AHLULBAIT DI MATA IBNU TAYMIAH

Siapa Ahlulbait Nabi Saw.?

Allah SWT telah memperkenalkan kepada kita siapa sejatinya Ahlulbait, keluarga suci Nabi-Nya dalam dua ayat dalam Al qur’an.

Pertama: Ayat At Tathhir:


إنمَّاَ يُرِيْدُ الله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا.

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilndarkan dosa dari kamu hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (Q.S. 33 : 33)

Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw. bangkit menafsirkan dan menegaskan bahwa yang dimaksud dengan nas qur’ani suci adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as.. beliau saw. mengerudungkan sehelai kain/selimut kemudian memanjatkan doa seraya bersabda

الَّلهُمَّ هؤلاءِ أَهْلُ بيتِيْ، فَأَذْهِبْ عنهُمُ الرجْسَ و طّهِّرْهُم تطهيرً ا

Ya Allah, hanya merekalah Ahlulbaitku, maka hindarkan rijs dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.

*

Hadis tentangnya telah diriwayatkan oleh dua istri Nabi saw.; Ummu Salamah danAisyah serta belasan sahabat, di antara mereka ialah: (1) Imam Ali as, (2) Imam Hasan as, (3) Imam Husain as., (4) Abdullah ibn Ja‘far, (5) Ibnu Abbas, (6) Anas, (7) Sa‘ad bin Abi Waqas, (8) Abu Al Hamraa’, (9) Watsilah, (10)Abu Said al Khusri, (11) Umar ibn Abu Salamah, (12) Zainab ibn Abi Salamah, (13) Abu Hurairah.

Al Nabhani berkata, “Dan telah tetap dari jalur-jalur sahih yang banyak bahwa Rasulullah saw. datang bersama Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, dengan menggangdeng keduanya sehingga masuk (ke dalam rumah), lalu beliau mendekatkan Ali dan Fatimah dan mendudukan mereka di hadapan beliau, dan mendudukkan Hasan dan Husain masing-masing di atas pangkuan beliau, kemudian beliau mengerudungkan selimut ke atas mereka dan membacakan ayat:

إنمَّاَ يُرِيْدُ الله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا.

Dalam riwayat lain disebutkan, beliau bersabda

الَّلهُمَّ هؤلاءِ أَهْلُ بيتِيْ، فَأَذْهِبْ عنهُمُ الرجْسَ و طّهِّرْهُم تطهيرًا

“Ya Allah, hanya merekalah Ahlulbaitku, maka hindarkan rijs dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya” .

Ia melanjutkan

قالت أُم  سلمة: فَرَفَعْتُ الكساءَ لأَدْخُلَ معهم فجَذَبَهُ مِنْ يَدِيْ. فقلتُ: وَ أنا معكُمْ يا رسولَ اللهِ. فقال: إنك مِنْ أزواج النبي (ص) علَى خيرٍ.

Ummu Salamah berkata, “Lalu aku singkap kain itu untuk masuk. Maka beliau menariknya dari tanganku. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, dan aku bersama kalian?!Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya engkau dari istri-istri Nabi, engkau di atas kebaikan”. [1]

Kemudian setelah itu Al Nabhani menyebutkan berbagai riwayat dari para sahabat seperti riwayat Abu Said al Khudri, Ibnu Abbas, dll. [2] Dalam kesempatan lain al Nabhani mengatakan, “Ibnu Jarir Ath Thabari dalam Tafsrinya menyebutkan lima belas riwayat dengan berbagai jalur periwayatan bahwa Ahlulbait  hanyalah  Nabi saw., Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, setelahnya ia menyusulnya dengan menyebutkan satu riwayat bahwa istri-istri Nabi-lah yang dimaksud dengannya, Saya menyaksikan Imam agung, penutup para huffadz Jalaluddin As Suyuti dalam tafsir Al Durr Al Mantsur, menyebutkan dua puluh riwayat dari jalur yang berbeda-beda bahwa yang dimaksud dengannya adalah Nabi saw., Ali, Fatimah, Hasan dan Husain…” Setelah itu al Nabhani menyebutkan beberapa dari riwayat tersebut. [3]

Ibnu Jarir Ath Thabari juga meriwayatkan bahwa ayat itu untuk Ahlul Kisaa’ dari delapan sahabat Nabi saw. Sebagaimana juga ia meriwayatkannya dari Imam Ali Zainal Abidin as.. Tetapi ketika ia menyebutkan pendapat bahwa ayat itu untuk istri-istri Nabi saw., ia hanya mengutipnya dari Ikrimah seorang! Demikian dijelaskan Syaikh Hasanuz Zaman dalam Al Qaul al Mustahsan, seperti dikutip dalam Al Qaul al Fashl. [4]

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir juga menyebutkan tidak kurang dari lima belas riwayat dari para sahabat dari berbagai jalur periwayatan bahwa yang dimaksud dengan Ahlulbait hanyalah lima pribadi mulia; Nabi Muhamad saw., Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as.

Kedua: Ayat al-Mubahalah

Para mufassirin menyebutkan bahwa  ada sekelompok orang nashara dari kota Najran mendatangi Nabi saw. dan berdialog dengan beliau tentang ketuhanan Nabi Isa as. setelah argumentasi mereka dipatahkan oleh Nabi saw. dan beliau bembuktikan bahwa Isa adalah hamba Allah SWT. mereka tetap enggan menerima kebenaran tersebut dan memeluk agama Islam, maka Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengajak mereka sumpah mubahalah,  Allah menurunkan ayat

فَمَنْ حَاجََّكَ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَ أَبناءَكُمْ وَ نِسَاءَنا و نساءَكُمْوَ أَنْفُسَنَا وَ أَنْفَسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ  لَعْنَةَ اللهَِ عَلَى الكَاذِبِيْنَ.

“Siapa yang membantahmu tentangkisah ‘Isa sesudah datang ilmu (yang menyakinkan kamu) maka katakanlah (kepadanya):  “marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, wanita-wanita kami dan wanita-wanita kamu dan diri-diri kami dan diri-dir kamu ;kemudian marilah kita bermubahalahkepada Allah dankita minta agar la’nat Allah ditimpakan atas orang-orangyang dusta”. (QS: 3;61)

Dalam peristiwa itu Nabi saw. memanggil Hasan dan Husai, Fathimah dan Ali  as.kemudian beliau mengatakan: أللهم هؤلاء اهلي. Ya Allah,  mereka adalah Ahli (keluarga)ku”.  Al Baghawi dalam tafsirnya berkata, “Yang dimaksud dengan (أَبْنَاءَنَا) adalah Hasan dan Husain, dan  (نِسَاءَنا) adalah Fatimah dan (أَنْفُسَنَا) adalah Ali ra. [5] Hadis yang menceritakan kisah Mubahalah dan keikutsertaan (Ahlulbait as.) di dalamnya telah diriyatkan dan diyakini keshahihannya oleh banyak ulama’ besar Ahlus-Sunnah baik para muhaddisin, mufassirin maupun ahli sejarah [6].

Al-Fakhr ar-Razi dalam tafsirnya setelah menyebut riwayat kisah di atas mengatakan:  ” Ketahuilah bahwa riwayat ini sudah disepakati diantara ahli tafsir dan hadis. [7]

Jadi mereka itulah yang dimaksud dengan Ahlulbait Nabi saw. berdasarkan nas Qur’ani dan sunah mutawatirah… sebagaimana  diketahui dari tindak dan sikap serta sirah Nabi saw.

Pengutamaan Ahlulbait as.

Mari kita perhatikan konsep pengutamaan Ahlulbait Nabi saw. antara yang difirmankan Allah dan Rasul-Nya dan antara pandangan Ibnu Taimiyah? Dalam sebuah ayat, Allah SWT berfirman:

إِنَ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya –kitab Al Da’awat, bab ash Shalah ‘Ala an Nabi saw- dari Abdul Rahman ibn Abi Laila, ia berkata, “Ka’ab ibn ‘Ujrah bersumpa denganku, lalu ia berkata. ‘Maukah kamu kuberi hadiah? Sesungguhnya Nabi saw. keluar menemui kami ( para sahabat) kemudian kami bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam atas engkau, akan tetapi bagaimanakah cara mengucapkan shalawat kepada engkau? Maka beliau menjawab: Maka katakanlah

قُوْلُوْا: أللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌُ. أللَّهُمَّ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارِكْتَ عَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌُ.

“Ya Allah, curahkan shalawat-Mu atas Muhammad dan keluarga Muhammad, seperti Engkau telah berikan kepada keluarga Ibrahim sesungguhnya kamu Maha Terpuji lagi Maha Mulia … Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya kamu Maha Terpuji lagi Maha Mulia”. [8]

*

Berdasarkan nas sahih di atas Ahlulbait Nabi saw. masuk sebagai bagian tak terpisahkan dari kewajiban bershalawat, siapa yang menggugurkannya secara sengaja berarti ia menetang Allah dan Rasul-Nya, dan shalawatnya tidak dianggap cukup/sah. Yang menjadi pertanyaan di sini ialah mengapa pengutamaan ini ditetapka secara khusus hanya untuk Ahlulbait Nabi as., sehingga ibadah shalat –sebagai tiang agama, dan apabila ia diterima maka semua amal perbuatan hamba akan diterima- yang di dalamnya bershalawat adalah bagian integral darinya tidak dihitung sah tanpa menyertakan Ahlulbait? Pada ayat At Tathhir yang telah disebutkan, dimana Allah mengkhususkan Ahlulbait –dan tidak menyertakan para sahabat dan kerabat lain- dengan perhatian-Nya yang besar dengan menghindarkan mereka dari rijs dan mensucikan mereka sesuci-sucinya? Mengapakah Nabi saw. hanya mengkhususkan Ali, Fatimah, Hasan dan Husain as. (tidak selain mereka dari kalangan sahabat dan kaum Muslim) dengan mengerudungkan kain kemudian bersabsda:

الَّلهُمَّ هؤلاءِ أَهْلُ بيتِيْ، فَأَذْهِبْ عنهُمُ الرجْسَ و طّهِّرْهُم تطهيرًا

“Ya Allah, hanya merekalah Ahlulbaitku, maka hindarkan rijs dari mereka dan sucikan mereka sesuci-sucinya”.Hanya mereka lah yang disucikan. Mengapakah pengutamaan terhadap Ahlulbait Nabi as., dan bukan yang lainnya?

Jawaban Pertama Ibnu Taimiyah

Tahukan Anda apa jawaban yang disajikan Ibnu Taymiah? Anda pasti tidak sabar menanti jawaban dari “Syeikhul Islam” kita ini. Di sini ia  menjawab:

و إنما قال من فيه أثر جاهلية عربية أو فارسية أنَّ بيت الرسول أحقُّ بالولاية. لأنَّ العرب في جاهليتها كانت تقدم أهل ببت الرؤساء, و كذلك الفرس يقدمون أهل ببت الملك….

“Hanya orang yang padanya terdapat kerak Jahiliyah Arabiyah atau Jahiliyat Persia saja yang mengatakan bahwa keluarka Rasul lebih berhak atas kepemimpinan, al wilâyah. Karena kaum Arab dahulu di masa kejahiliyahan mereka  mengutamakan keluarga para pemimpinnya. Demikian juga dengan bangsa Persi, mereka mengutamakan keluarga raja mereka.” [9]

.

Perhatikan scan dibawah ini:

.

.

Untuk diketahui kutipan diatas adalah kutipan dari ucapan  Ibnu Taymiah dalam Minhajussunah-nya yang benar, sementara dibawah ini adalah kekeliruan kami dalam mengutip ucapan tersebut . jadi yang ini bukan ucapan Ibnu taymiah

إن فكرة تقديم ال الرسول هى من اثر الجاهلية فى تقديم أهل البيت الرؤساء.

“Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga (aalu bait) para penguasa (pimpinan)”.

demikian harap menjadi maklum

Jadi dalam pandangan Ibnu Taymiah mengagungkan keluarga para Nabi as. dan mengutamakan Ahlulbait as., khususnya Imam Ali as. adalah kerak penginggalan jahiliyah!! Yang hanya dilakukan kaum Jahiliyah Arab dan kaum Majusi Persia. Pemilihan Allah tehadap keluarga para nabi as. adalah kerak jahiliyah!! Semua pengutamaan yang disebut dalam ayat-ayat suci Al qur’an adalah bekas-bekas peninggalan pikiran sesat jahiliyah!!

Bershalawat atas keluarga, Alu Nabi Muhammad saw. dan keluarga Nabi Ibrahim as. yang dibaca berulang-ulang oleh kaum Muslim dalam ibadah salat mereka adalah bekas peninggalan jahiliyah!!

Mengawali dan menutup doa dan munajat dengan menyebut keluarga suci Nabi adalah bekas peninggalan jahiliyah!!

Jadi salat yang ditegakkan kaum Muslim lima kali dalam sehari, doa yang dipanjatkan dan rintihan munajat yang disampaikan kaum Muslim tidak akan diterima Allah SWT kecuali apabila mereka mencampurnya dengan bekas peninggalan jahiliyah!!

Jawaban Kedua Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah tidak cukup hanya mengatakan bahwa mengutamakan dan mengedepankan Ahlulbait suci Nabi as. adalah kerak dan bekas peninggalan jahiliyah, ia menambahkan bahwa hal itu adalah akidah kaum Yahudi terkutuk! Ibnu Taimiyah berkata:

قالَت الشيْعَةُ لا تَصْلُحُ الإمامةُ إلاَّ فِيْ وُلْدِ علِيٍّ.و قالت اليهودُ لا يَصْلُحُ الملكُ إلاَّ في آلِ داود.

Syi’ah berpendapat, “Tidak sah imamah/kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali”. Dan kaum Yahudi berpendapat, “Tidak sah imamah/kepemimpinan kecuali pada keturunan Daud”. [10]

Jadi ucapan  Nabi Ibrahim as. ketika dilantik menjadi Imam untuk seluruh manusia dengan firman-Nya:

وإذِ ابْتَلىَ إِبْرَاهِيْمَ ربُّهُ بِكَلِماتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قالَ إِنِّي جاعِلُكَ لِنَّاسِ إمَامًا.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat  (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”.

Kemudian Ibrahim as. berkata memohon: قال: وَ مِنْ ذُرِّيَتِيْ. Ibrahim berkata:” ( Dan saya mohon juga) dari keturunanku” (QS:2;124) jadi kalau begitu ucapan Ibrahim ketika mengutamakan keturunannya itu termasuk akidah kaum Yahudi yang tentunya sa’at mereka belum wujud? Atau dari kerak dan bekas jahiliyah?! Firman Allah SWT untuk Nabi Ibrahim as

.إِنَّ اللهَ اصْطَفَى آدَمَ وَ نُوْحًا وَ آلَ إِبْرَاهِيمَ وَ آلَ عِمْرَانَ عَلىَ الْعَالَمِيْنَ، ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ ، واللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (yaitu) satu keturunan yang sebagianya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS:3;33-34). [11]

Mengapakah Allah SWT memilih keluarga dan dzurriyah; keturunan para rasul utusan-Nya? Apakah pemilihan itu dari akidah kaum Yahudi? Atau dari bekas kerak jahiliyah?! Pernahkah Anda menyaksikan seorang yang sembrono dalam meremehkan firman-firman Tuhan lebih darinya?!

Mengapakah kedengkian kepada keluarga suci Nabi saw. sedemikian kronis sehingga ia tidak pernah tahan menyaksikan keutamaan dan pengutamaan Allah SWT. terhadap Ahlulbait as., sehingga ia muntahkan dalam kata-kata keji yang mencerminkan ketidak-imanan?!

Bukankah Nabi mulia saw. yang tak henti-hentinya menampakkan keutamaan dan keunggulan Ahlulbait beliau as. Dalam ratusan hadis sahih sebagai diriwayatkan para ulama Ahlusunnah sendiri, walaupun sebagian keberatan dengannya? Apakah hadis Tsaqalain… Hadis Safinah… Hadis Ghadir… dan hadis-hadis lain itu adalah produk kepalsuan kaum Syi’ah, sehingga kemudian ia menuduhnya sebagai akidah Yahudi dan atau kerak kesesatan Jahiliyah?! Yang pasti sikap dengki seperti telah menyeret kaum Yahudi untuk mengingkari keunggulan dan kelayakan Nabi Muhammad saw. untuk menerima wahyu yang kemudian mereka luapkan dalam sikap kekafiran kepada kenabian beliau. Allah berfiman

أَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ على مَا آتاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ، فَقَدْ آتَيْنا آلَ إبْرَاهيمَ الكتابَ و الحِكْمَةَ و آتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيْمًا.

“Apakah mereka dengki kepada manusia (Muhammad dan Ahlulbaitnya_pen) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS:4;54).

Ibnu Taimiyah Merobohkan Bentengnya Sendiri Entah mengapa mendadak Ibnu Taimiyah menyuarakan pandangannya yang bertolak belakang dengan apa yang ia bangun sebelumnya… kini ia terang-terangan mengatakan bahwa Bani hasyim adalah suku unggulan dan paling mulianya suku Quraisy dan suku Quraisy adalah paling mulianya bangsa Arab!

Ibnu taimiyah berkata:

.

“Sesungguhnya bani Hasyim adalah paling afdhalnya suku Quraisy, dan suku Quraisy adalah paling afdhalnya bangsa Arab dan bangsa Arab adalah paling mulia, afdhalnya bangsa-bangsa dunia keturunan Adam, sebagaimana telah sahih dari Nabi saw. sabda beliau dalam hadis sahih, “Sesungguhnya Allah memilih bani Ismail dan memilih bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani hasyim dari Quraisy.” Dalam Shahih Muslim dari Nabi saw., beliau bersabda pada hari Ghadir Khum, “Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku. Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku. Aku peringatkan kalian akan Ahlulbaitku.” Dan dalam kitab-kitab Sunan disebutkan bahwa Abbas mengeluhkan sikap sebagian kaum Quraisy yang menghina bani Hasyim, maka beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, mereka tidaka akan masuk surga sehingga mencintai kalian demi Allah dan demi kekerabatanku.” [12]

.

.

Pada kesempatan lain Dalam buku Minhaj as Sunnah ia berkata menegaskan bahwa yang menolak keunggulan Bani Hasyim adalah pembid’ah. Ibnu Taimiyah berkata,

“Dan ini semua berdasarkan pendapat bahwa shalawat dan salam atas Aal Muhammad dan Ahlulbaitnya meniscayakan bahwa mereka lebih mulia paling mulianya keluarga besar. Ini adalah mazhab Ahlusunnah wa al Jam’ah yang menegaskan bahwa Bani Hasyim paling afdhalnya suku Quraisy, dan Quraisy adalah paling afdhalnya bangsa Arab, dan bangsa Arab adalah paling mulianya bani Adam. Inilah yang dinukil dari para imam As Sunnah sebagaimana disebutkan Harb al Kirmani dari para tokoh yang ia jumpai, seperti Ahmad, Ishaq, Said ibn Manshur, Abd. Allah ibn al Zubair al Humaidi dll. Dan ada sekelompok lain berpendapat tidak ada pengunggulan, seperti disebutkan  Qadhi Abu Bakar dan Qadhi Abu Ya’la dalam Al Mu’tamadnya dan selain keduanya. Dan pendapat pertama adalah yang benar.” [13]

Dalam kesempatan lain ia mengatakan,

“Tidak diragukan bahwa keluarga Muhammad saw. memiliki hak atas umat yang tidak dicampuri oleh selain mereka. Mereka memiliki hak untuk dicintai dan dibela yang tidak dimiliki oleh keluarga-keluarga Quraisy lainnya… dan atas pendapat inilah jumhur ulama yang meyakini keunggulan bangsa Arab atas selain mereka, dan keunggulan suku Quraisy atas suku-suku Arab selainnya, dan keunggulan Nabi Hasyim atas suku-suku Quraiys. Inilah yang ditegaskan oleh para imam seperti Imam Ahmad dan selainnya. Dan inilah yang ditunjukkan oleh nas-nas, seperti sabda Nabi saw. dalam hadis sahih, “Sesunguhnya Allah memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy…” dan sebagian kelompok berbendapat tidak adanya pengunggulan di antara bangsa-bangsa. Ini adalah pendapat sebagian Ahli Kalam seperti Qadhi Abu Bakar ibn Thayyib dan lainnya seperti disebutkan oleh qadhi Abu Ya’la dalam Al Mu’tamadnya. Ini adalah pendapat mazhab kaum Syu’ubiyah (faham anti Arabisme), ia adalah pendapat yang dhaif di antara pendapat-pendapat ahli bid’ah (!!) seperti dijelaskan pada tempatnya.” [14]

Saya benar-benar tidak mengerti, apakah pendapatnya ini yang benar mewakili ajaran Islam yang murni yang dibawa Nabi mulia penutup para nabi saw., atau jangan-jangan justru ia adalah akidah Yahudi dan kerak peninggalan Jahiliyah dalam mengedepankan keluarga dekat para Nabi as.Yang pasti, ucapan ini hanya sekali ia utarakan, sementara bangunan “Akidah Ibnu Taimiyah” yang selalu ia kokohkan dalam hal pengutamakan Ahlulbait Nabi as. adalah bertolak belakan dengan ucapan ini!

____________________

CATATAN KAKI

[1] Lihat Syawahid Al Tanzil :2/78, hadis ke 752 dan … diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya lembar ke 320 dan Ibnu ‘Asakir dalam diagrafi Imam Hasan nomer 112.
[2] Al Syaraf al Muabbad:13-15.
[3] Ibid.17-19. Anda jangan salah famah, bahwa riwayat yang mengatakan Ahlulbait yang disebutkan Al Suyuthi itu tidak memuat sabda suci Nabi saw. akan tetapi ia memuat pendapat Ikrimah dkk., akan tetapi para ulama sering tidak membeda-bedakan antara riwayat-riwayat itu dalam penafsirkan ayat Al qur’an. Semuanya disikapi sebagai riwayat dan dijadikan acuan dalam tafsir Al qur’an bil ma’tsuur!
[4] 2/293.
[5] Ma’alim At Tanzîl,1/480.
[6] Sumber hadis yang menyebut kisah di atas di antaranya:1) Shahih Muslim :4\187.2) Shahih at-Turmuzdi :5\225 hadis ke2999.3) Musnad Ahmad :1\185 .4) Mustadrak al-Hâkim :3\150 .5) Tafsir ar-Razi :8\80 .6) Tafsir al-Kasysyaf :1\193 .7)  Sirah al-Halabiyah :3\212 . 8)   Tafsir ad-Durr al-Mantsur :2\39 .9) Tafsir al-Manar :3\322.10)Tafsir al-Baidhawi :2\22, dan puluhan yang lainnya .
[7] Tafsir al-Kabir :8\80 .
[8] Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Bad’u al-Khalq dan kitab al-Tafsir, Muslim dalam Shahihnya kitab al-shalah, bab al-Shalah ala al-Nabi ba’da al-Tasyahhud, dari beberapa jalur, al-Nasa’i dalam Sunannya, Ibnu Majah dalam Sunannya, Abu Daud dalam Sunannya, al-Hâkim dalam Mustadraknya, Ahmad ibn Hanbal dalam Musnadnya, Abu Daud al-Thayalisi dalam Musnadnya, al-Darimi dalam Sunannya, al-Baihaqi dalam Sunannya, Abu Nu’aim dalam Hilyahnya, al-Thahawi dalam Musykil Al-Atsarnya, al-Khatib dalam Tarikhnya, dan beberapa ulama lain dari berbagai jalur yang bersambung kepada Ka’ab ibn Ujrah.
[9] Minhaj As Sunnah,3/269.
[10] Ibid.1/6.
[11] Yang dimaksud dengan “keluarga Ibrahim” adalah pribadi-pribadi suci dari keturunan Nabi Ismail as. Imam al-Bagir as. bersabda: “Kami termasuk dari mereka dan kamilah yang tersisa dari keturunan itu”. ( Tafsir Mizan,3/166 dan 168).
[12] Ra’sul Husain:200-201.
[13]
Minhaj al Sunnah,2/66.
[14] Ibid.209. Lebih lanjut baca al Qaul al Fashl,1/75 dan seterusnya

****************


Tulisan/Postingan Terkait dengan tulisan diatas sekaligus bantahan atas “haulasyiah”


34 Komentar

  1. carnelian berkata:

    Di Saudi Arabia terjadi fenomena peng-hancur-an terhadap yang berhubungan dengan Rasulullah SAW & ahlul-bait beliau.
    Di sisi lain, terjadi fenomena peng-agung-agung-an terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Saud & Wahhab (Saudi & Wahhabi) & Ibn Taimiyah.
    Lihat saja, segala-gala dinamai dengan nama yang berkaitan dengan Saud & Wahhab & Ibn Taimiyah … Benar-2 mengikuti kebiasaan jahiliyah!!!

  2. suryadhie berkata:

    yang jelasnya ahlulbait Rasulullah SAW telah menjadi bagian di dalam firman Allah SWT yang sudah tentu Allah SWT memberikan kekhususan kepada mereka, tapi semuanya kembali kepada Allah SWT, Dia-lah Yang Maha Mengetahui.

    syukron atas artikelnya mas…. dan silakan mampir diblog saya di:

    http://suryadhie.wordprees.com

  3. Muhammad berkata:

    Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan ke artikel Ibnu Taymiyyah. (Perbincangkan)

    ____________________________

    Jawaban buat mas muhammad (hakekat.com)

    Sebaiknya tulisan-tulisan di blog ini ditanggapai saja secara langsung nggak perlu mengirim artikel copy-paste, kalo semua orang mengirim artikel copy-paste akhirnya blog ini menjadi blog copy-paste. kalo mau mengutip suatu tulisan sebutkan saja nama buku atau link tulisn tersebut.

    komentar anda selanjutnya kami tunggu, dan saran saya silahkan membaca buku Ibnu Taymiah “Minhajus-Sunnah” sebelum berkomentar.

    Omong-omong kapan hakekat.com dibuka untuk diskusi dengan pembacanya?

  4. mumtazanas berkata:

    Bismillahirrohmanirrohim,

    Saya banyak membaca tulisan Ibnu Taimiyah tapi kok tdk seperti ini?
    Anda berlebihan…..,
    Yang dapat saya simpulkan dari tulisan-tulisan beliau bahwa kita harus mengutamakan Ali radliallohu ‘anhu serta Ahlul Bait. Terkhusus utk para Sahabat Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wasallam tdk boleh kita mencelanya. Disisi lain kita tdk boleh berlebihan thd Ali rodliallohu ‘anhu dan Ahlul Bait. Hanya Rasululloh yg maksum adapun yg lain tdk terlepas dr salah dan lupa. Mengenai ‘keturunan Rasululloh’ keadaan mereka sesuai dg apa adanya. Jika mereka jauh dari AlQuran dan AsSunnah maka mereka tdk bisa dibenarkan.
    Adil-lah, menempatkan sesuatu sesuai kedudukannya.
    Ttg hadits yg di-dloifkan oleh Ibnu Taimiyah coba bawakan scr lengkap alasannya, knp di-dloifkan. Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Tirmidzi juga berbeda2. Yg terpenting adl Ilmiah. Islam itu ilmiah, bisa ditelusuri.
    Hadits juga mrp wahyu dari Allah. Ingat ayat “Sesungguhnya Kami yg menurunkan dzikro dan Kami pula yg akan menjaganya”

    ***************************
    -Jawaban Kami-

    Salam.
    Mungkin benar, apa yang selama ini Anda baca dari tulisan-tulisan Ibnu Taymiah tidak seperti yang ada dalam blog ini. Tapi Anda dapat komfirmasi langsung ke buku-buku Ibnu Taymiah, khususnya “Minhaj as Sunnah”, Anda saya jamin akan mendapatkannya benar-benar telah menyimpang dari Ahlusunah yang selama ini dikenal dari banyak ulamanya sangat mengormati keluarga Nabi saw.. Ibnu Hajar dan lainnya mengakui bahwa dalam buku tersebut Ibnu Taymiah telah banyak melecehkan Imam Ali as. dan karenanya sebagian ulama Ahlusunnah, termasuk Ibnu Hajar sendiri menuduhnya dengan kemunafikan. Insyaallah komentar para ulama tentang Ibnu Taymiah akan saya sebuatkan dalam blog ini.

    Berlebihan dalam menilai dan mendudukkan seorang memang tidak boleh, itu ghuluw. Islam melarang, tetapi mendudukkan seorang di bawah kedudukannya di sisi Allah dan Rasul-Nya juga sebuah tindakan zalim terhadap orang tersebut. Anda perlu memahami banyak tentang sabda-sabda Nabi terkait Imam Ali dan Ahlulbait, barulah Anda dapat mengerti kadar mana yang sudah keterlaluan dalam menilai dan mana yang masih dalam koridor, mana yang mengkultus dan mana yang sewajarnya.

    Tentang keturunan Nabi saw. (semoga Allah memuliakan dan menjaga mereka), saya setuju dengan Anda bahwa jika mereka jauh dari Alquran dan sunah Nabi ya harus disalahkan.

    Tetapi jangan lupa mereka mempunyai hak atas kita umat kakek mereka, dan kita mempunyai kewajiban terhadap mereka; Menghormati dan mencintai mereka! Setuju?

    adapun bahwa tidak ada yang maksum selain Nabi saw. itu kan pendapat Anda. kalao orang lain meyakini bahwa ada yang maksum selain Nabi, Ahlulbait misalnya, itu kan juga hak mereka selama ada dalil yang mendukungnya.
    Apa alasan Anda bahwa yang maksum itu hanya Nabi saw.?

    Apa yang dimaksud dengan kemaksuman menurut Anda?

    bukankah di tengah-tengah ulama Ahlusunah, ada juga yang mengatakan bahwa Abu bakar, Umar dan Utsman itu maksum? Apa menurut Anda ulama mazhab Anda itu telah berlebihan dalam menilai mereka?

    Bukankan tentang kemaksuman Nabi saw. , para ulama Anda masih berselisih, apakah mutlak sifatnya atau relatif?

    al hasil, saya berterima kasih atas masukannya. Dan berharap agar kita sama-sama mau berajar dan belajar terus sampai maut menjemput kita. Nabi aja masih disuruh belajar oleh Allah SWT, bukankah begitu sobat?!

    Wassalam.

  5. Muhammad Agil bin Ahmad As Segaf berkata:

    ustadz, saya mau tanya nih

    Bagaimana dgn penilaian Imam Ash Shuyuthi ttg Ibnu Taimiyah?
    Imam Ash Shuyuti berkata di kitab beliau “Thabaqatul Huffazh”, yg merupakan kitab biografi para Imam Ahli Hadits.

    ابن تيمية الشيخ الإمام العلامة الحافظ الناقد الفقيه المجتهد المفسر البارع شيخ الإسلام علم الزهاد نادرة العصر تقي الدين أبو العباس أحمد بن المفتي شهاب الدين عبد الحليم ابن الإمام المجتهد شيخ الإسلام مجد الدين عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم الحران

    “Ibnu Taimiyah, Asy Syaikh, Al Imam, Al`Alaamah, Al Haafizh Al Faqih, Al Mujtahid, Al Mufassir, Al Baari’, Syaikhul Islam `alim ahli zuhud ……”
    [Thabaqatul Huffazh, Thabaqat ke-21, hal 230]

    Jika Ibnu Taimiyah sesat dan bukan termasuk Ulama Ahlussunnah, kenapa bisa Imam Ash Shuyuthi memasukkan biografi nya dlm deretan biografi para Huffazh/Ahli Hadits ?

    Dan bagaimana penilaian Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani ttg Ibnu Taimiyah?
    beliau(Ibnu hajar) berkata pada kitabnya yg berjudul “Ad Durar al Kaminah Fi A’yaan Al Mi’ah AtsTsaminah” jilid 1 halaman 52.

    —————————————-
    هو الشيخ الإمام العالم الرباني والحبر البحر القطب النوراني إمام الأئمة بركة الأمة علامة العلماء وارث الأنبياء آخر المجتهدين أوحد علماء الدين شيخ الإسلام حجة الأعلام قدوة الأنام برهان المتعلمين قامع المبتدعين سيف المناظرين بحر العلوم كنز المستفيدين ترجمان القرآن أعجوبة الزمان فريد العصر وإلا وأن تقي الدين إمام المسلمين حجة الله على العالمين اللاحق بالصالحين والمشبه بالماضين مفتي الفرق ناصر الحق علامة الهدى عمدة الحفاظ فارس المعاني والألفاظ ركن الشريعة ذو الفنون البديعة أبو العباس ابن تيميةله

    “dia (Ibnu Taimiyah) adalah Asy Syaikh, Al Imam, Al`Alim Ar Rabbaniy, Lautan tinta, Imamnya para Imam, keberkahan ummat, `Alaamah nya para ulama, pewaris para Nabi, Mujtahid terakhir, ulama agama, Syaikhul Islam, Hujjatul A`lam, teladan manusia, bukti para muta`allimin, yg mengalahkan mubtadi’in(para ahli bid’ah), Harta para mustafidin, penerjemah Al Qur’an, keajaiban zaman, tidak ada bandingnya di zamannya, taqiyuddin, Imam kaum muslimin, Hujjah Allah atas `alam, pengikut para shalihin, mufti firaq, pembela kebenaran, tanda petunjuk, pegangan para huffazh, yg menguasai ma’na dan lafazh, rukun syari’ah, yg memiliki berbagai macam hal yg mengagumkan, Abul Abbas Ibnu Taimiyah”
    —————————————-

    Jika Ibnu Taimiyah sesat dan bukan termasuk Ulama Ahlussunnah, koq Al Hafizh Ibnu Hajar menuliskan puji-pujian yg demikian tinggi seperti itu ttg Ibnu Taimiyah?

    Mohon tanggapannya, dari ustadz
    Terimakasih

    ******************************
    -Jawaban Kami-

    Salam, akhi Habih Muhammad Aqil al muhtaram, makasih atas tanggapan habib.

    memang benar bahwa ada sementara anggapan bahwa Ibnu taymiah itu orang alim yang luas pengetahuannya. ia juga dikenal tegas dalam menyuarakan pandangan-pandangannya, sehingga sebagian sempat terkagum terhadapnya.
    Adapaun, apakah ia dari Ahlusunah atau bukan? dan mengapakah Ibnu Hajar memujinya kalau dia bukan Ahlusunah. maka saya harap Anda tidak keberatan memperhatikan sedikit rangkuman komentar dan sikap ulama terhadapnya, sebagaimana di bawah ini:

    Ibnu Taymiah Bukan dai Golongan Ahlusunnah wal Jama’ah!
    Ada sementara kalangan beranggapan bahwa Ibnu Taymiah adalah seorang tokoh Ahlusunnah, namun kenyataannya bahwa para ulama Ahlsunnah telah mengecamnya dan menganggapnya bukan bagian dari mereka. Ia adalah penyimpang dari mazhab Ahlusunnah.

    Tidak diragukan bahwa pada mulanya Ibnu Taymiah bermazhab Hanbali, sebagaimana keluarganya; ayah dan kakek moyangnya, bahkan untuk beberapa waktu yang tidak sebentar, kepemipinan mazhab Hanbali di tangan ayah-ayahnya. Akan tetapi kecenderungannya kepada faham ediologis hanabilah (kaum Hanbaliyah) yang sangat kental menjadikannya tidak sejalan dengan faham Asy’ariyah. Dan akibatnya, Ibnu Taymiah berhadapan dengan para ulama Asy’ariyah (yang merupakan agen resmi doktrin akidah Ahlusunnah).

    Alih-alih berdalil kembali kepada ajaran para Salaf (sahabat dan tabi’în) Ibnu Taymiah mempropagandakan doktrin Hanbaliyah yang kental akan konsep-konsep tajsîm-nya. Karenanya, para ulama Ahlusunnah, bahkan sebagian murid dan pengagumnya berbalik mengecam dan mengutuknya.

    Abu Hayyân al Andalusi (W.745H), seperti dikatakan Ibnu Hajar, “Ia sangat mengagungkan Ibnu Taymiah dan memujinya dengan sebuah qashidah (bait-bait syair), kemudian ia menyimpang darinya dan menyebutnya dengan sebutan sangat jelak dalam kitab tafsirnya, dan ia menisbatkannya menyakini tajsîm (menggambarkan Allah sebagai berpostur). Ada yang mengatakan bahwa ia (Abu Hayyân al Andalusi) membaca buku al Arsy (karya Ibnu Taymiah) maka darinya ia meyakini hahwa Ibnu Taymiah penganut aliran tajsîm.”

    Az Zabidi berkata, “As Subki berkata, ‘dan kitab al Arsy adalah kitab karya yang paling jelek … dan ketika Abu Hayyân memperhatikannya, ia senantiasa melaknatinya sampai mati setelah sebelumnya ia mengagungkannya.’”

    Demikian juga dengan adz Dzahabi, salah seorang santri Ibnu Taymiah, kendati ia pernah berguru kepadanya, namun hal itu tidak mencegahnya untuk menegur dan menasihatinya. Dalam sepupcuk suratnya yang dikenal dengan nama Risalah Dzahabiah, ia menasehati dan menegur keras Ibnu Taymiah, di antaranya adz Dzahabi menulis, “Hai Anda, engkau telah banyak menelan racun para filsuf dan buku-buku karangan mereka berulang kali, dan disebabkan banyaknya pengaruh racun, badan menjadi ketagihan dan menguasainya…. (kemdian ia melanjutkan), “Duhai sialnya orang yang mengikutimu, sesungguhnya ia menyodorkan dirinya dalam kezindiqan dan keterlepasan dari agama…. Tidaklah mayoritas pengikutmu melainkan orang-orang rendahan yang tak berkualitas, qa’îd marbûth, atau ringan akalnya, khafîful aqli, atau orang awam pembohong, ‘âmiyun kadzdzâb, dungu pikirannya, balîdudz dzihni, atau orang terasing yang terdiam, kuat makarnya, atau penyerap yang saleh tapi tidak memiliki pemahaman. Jika engkau tidak percaya apa yang aku katakan, maka periksalah mereka dan takarlah mereka dengan penuh keadilan…. Sampai kapan kamu memuja-muja omonganmu sendiri dengan pujian yang tidak engkau berikan bahkan kepada hadis-hadis Bukhrai & Muslim, andai hadis kedua selamat dari kecamannya, bahkan setiap saat engkau menyerangnya dengan mendha’ifkannya dan menggugurkannya dengan takwil atau pengingkaran. Tidaklah telah tiba saatnya engkau sadar? Tidaklah tiba waktunya engkau bertaubat dan kembali… usiamu telah mencapai lebih dari tujuh puluh tahun, masa berangkat (kematian) telah dekat… benar, demi Allah aku tidak perna tau engkau ini ingat/menyebut-nyebut kematian… bahka engkau mengejek-ngejek orang yang menyebut-nyebut kematian… akupun tidak yakin engkau mau menerima ucapanku dan memperhatikan nasihatku…. “

    Ibnu Hajar sendiri menuturkan, ketika menyebut biografi al Yâfi’i dalam kitab ad Durar al Kâminah, “Ia (al Yâfi’i) mempunyai pembicaraan dalam mengecam Ibnu Taymiah.”

    Pernyataan al Yâfi’I adalah sebagai berikut: Pada tahun 705 H terjadi kekacauan akibat kesesatan pandangan-pandangan Ibnu Taymiah, sehingga para pembesar ulama Ahlusunah bangkit mengadilinya dan berakhir dengan dijebloskannya ia ke dalam penjara. Di antara kecaman para ulama atasnya ialah pandangannya yang mengatakan bahwa Allah berada di atas singgasana-Nya dengan arti benar-benar duduk sebagaimana layaknya duduknya hamba, dan Allah berbicara dengan kata-kata dan dengan suara sebagaiaman manusia. Oleh karenya, diumumkan di kota Damaskus, bahwa barangsiapa meyakini akidah seperti Ibnu Taymiah maka ia halal harta dan nyawa/darahnya. … Ia (Ibnu Taymiah) banyak memiliki buku karangan lebih dari seratus jilid, dan ia memiliki pandangan- pandangan yang aneh dan diingkari oleh para ulama dan ia dipenjarakan karenanya, pandangan- pandangan itu bertentangan dengan Ahlusunah , di antara yang paling keji adalah larangannya untuk menziarai makam suci Nabi saw.

    Dan juga kecamannya terhadap para tokoh sufi seperti Hujjatul Islam Abu Hamid al Ghazali, guru besar Imam Abul Qasim al Qusyairi, Syeikh Ibnu Irrîf, Syeikh Abul Hasan asy Syadzili dan banyak kalangan pembesar wali-wali Allah dan hama-hamba pilihan yang baik….,

    Demikian juga akidahnya tentang bersemayamnya Allah di sudut tertentu dan pandangannya yang batil dalam masalah itu dan lain-lain dari akidahnya seperti sudah ma’ruf dinukil darinya … “

    Dalam kitabnya Daf’u Syubahi Man Syabbaha, Syeikh Taqiyyuddin Abu Bakar al Hishni ad Dimasyqi asy Syafi’i mengkeritik dengan tajam Ibnu Taymiah, yang katanya hanya berpura-pura mengikuti mazhab Hanbali dengan tujuan melariskan pandangan-pandangan sesatnya … Setelah digelar majlis pengadilan untuk mengadili Ibnu Taymiah, para ulama besar Ahlusunnah, diantaranya Shafiyyuddin al Hindi, Syeikh Kamaluddin az Zamlakani Syeikh Syamsuddin Adnan asy Syafi’i, dan berakhir dengan dijebloskannya Ibnu Taymiah ke dalam penjara, dan setelah pengawasan diperketat. Qadhi mazhab Maliki telah menegeskan, bahwa Ibnu harus dihukum mati atau paling tidak harus diperketat penjagaannya dalam penjara, atau langsung dibunuh, sebab –masih penurut Qadhi mazhab Maliki- telah terbukti kekafirannya!

    Demikian pula dengan Allamah Burhanuddin al Fizari telah mengajukan gugatan setebal empat puluh halaman tentang akidah Ibnu Taymiah, dan ia telah menfatwakan akan kekafiran Ibnu Taymiah. Fatwa itu disetujui oleh Syeikh Syihabuddin Ibnu Jhbal asy Syafi’i. di bawahnya juga ditandatangani oleh Qadhi mazhab Maliki dan banyak ulama lain. Dan telah terjadi kesepakatan akan kesesatannya, kebid’ahan dan kezindiqannya…

    Kedumian beliau melanjutkan, “Kemudian fatwa-fatwa itu dikirimkan kepada Sultan, setelahnya Sultan mengumpulkan para qadhi (jaksa/ulama), setelah itu Qadhi Badruddin ibn Jama’ah menuliskan di bawah lembaran fatwa tersebut, ‘Siapa yang meyakini pendapat seperti ini ( seperti pendapat Ibnu Taymiah) maka ia adalah dhâllun mudhillun (sesat dan menyesatkan). Keputusan itu disetujui oleh qadhi mazhab Hanafi, maka dari itu kekafirannya adalah hal yang telah disepakati… “

    Inu Hajar, yang kata Anda memuji Ibnu Taymiah dalam kitab ad Durar al Kâminah, telah membeber komentar dan pandangan para ulama tentang Ibnu Taymiah, di antaranya ia mengatakan, “Ia merasa dirinya sebagai seorang mujtahid, maka ia membantah para ulama baik yang kecil maupun yang besar, yang telah lampau maupun yang baru. Sampai-sampai Umar-pun ia salahkan. Ketika sampai berita itu kepada Syeikh Ibrahim ar Raqiy ia mengecamnya, dan ia pun meminta maaf atas sikapnya dan memohon ampun.

    Tentang Ali, kata Ibnu Taymiah, ia salah dalam tujuh belas kasus, di mana Ali menentang nash al Qur’an…
    Tentang siapa para ulama yang dikecam oleh Ibnu taymiah, Ibnu Hajar berkata, “Ibnu telah berkata kasar tentang Sibawaih, maka Abu Hayyân memusuhinya…

    Ia mencaci maki Imam Ghazali, sampai-sampai terjadi kekacauan, hampir-hampir ia dibunuh!

    Ia juga mengecam Ibnu Arabi dan ketika sampai berita kepada Syeikh Nashr al Munjabi, ia melayangkan surat teguran keras kepa Ibnu Taymiah.

    Tentang akidah Ibnu Taymiah, Ibnu Hajar mengatakan, “hadis tentang nuzûl, ia mengatakan bahwa Allah turun dari langit seperti turunku sekarang ini dari tangga mimbar.. Ia menentang orang yang bertawassul dan beristighasah kepada Nabi saw.

    Pada taggal 17 bulan Rabi’ul Awal tahun 707H ia dituntun untuk bertaubat dari akidah tajsîm-nya …
    Setelahnya, Ibnu Hajar merangkum komentar para ulama tentang Ibnu Taymiah, “Ibnu az Zamlakani dan Abu Hayyân menyimpang darinya (sebelumnya mereka mengagungkannya_pen).

    Di antara para ulama ada yang menggolongkannya sebagai peyakin tajsîm… ada yang menggolongkannya sebagai zindiq (kafir), ada yang menggolongkannya sebagai orang munafik, sebab ucapannya tentang Ali seperti telah lewat, dan dikarenakan ucapannya bahwa Ali selalu terhina (tidak ditolong Allah) kemanapun ia menuju. Dan beliau berulang kali berusaha merebut kekhalifahan namun tidak berhasil. Ali berperang hanya karena ingin berkuasa bukan demi agama!

    Dalam kitab Lisân al Mizân, ketika menyebut biografi Allamah al Hilli, Ibnu Hajar juga menuliskan demikian, “Ia (Allamah al Hilli) menulis buku tentang keutamaan Ali ra., buku tersebut telah dibantah oleh Taqiyyuddin Ibnu Taymiah dalam sebuah kitab besar. Syeikh Taqiyyuddin as Subki telah menyebut buku itu dalam bait-bait syairnya… dalam akhir bait syair itu ia mengecam akidah Ibnu Taymiah.

    Ibnu Hajar berkata, “Aku telah menelaah buku tersebut, aku temukan seperti yang dikatakan as Subki dalam al Istîfâ’, tetapi ia (Ibnu Taymiah) sangat subyektif dalam menolak hadis-hadis yang dikemukakan Ibnu al Muthahhar (Allamah al Hilli)… ia banyak menolak hadis-hadis yang jiyâd (bagus) ….

    Betapa sering ia, demi melemahkan ucapan Allamah al Hilli, melecwehkan Ali ra.. lembaran ini tidak cukup untuk menjelaskan hal itu berikut contoh-contohnya.

    Dan dalam Fath al Bâri, Ibnu Hajar juga memiliki komentar tentang Ibnu Taymiah, baik rasanya Anda rujuk.
    Dan di akhir tulisan ini, saya ingin menyebutkan komentar Ibnu Hajar al haitami ketika ditanya tentang Ibnu Taymiah:

    إبنُ تيمية عبدٌ خذلَهُ اللهُ و أضَلَّهُ و أعماهُ و أَصَمَّهُ و أذلَّهُ. و بذلكَ صرَّحَ الأئمةُ الين بيَّنُوا فسادَ أحوالِهِ و كِذْبَ أقوالِهِز و من أراد ذلكَ فعليه بِمُطالَعَةِ كلامِ الإمام الْمُجتهد المُتَّفق على إمامتِهِ و جلالَتِهِ و بلوغه مرتبةَ الإجتهاد، أبي الحسن السبكيْ ولدِهِ التاج و الإمام العز إبن جماعَة، و أهلُ عصرِهِ و غيرهم من الشافعية و المالكية و الحنفية. و لم يقتصر أعتراضه على مًتأخري الصوفية، بل اعترض على مثل عمر بن الخطاب و علي بن أبي طالب رضي الله عنهما……
    و أياكَ أن تصغِيْ إلى ما في كتب إبن تيمية و تلميذه إبن القيم الجوزية و غيرهما مِمن اتخذ إلهَهُ هواه و أضلَهُ اللهُ على علمٍ و ختم على سمعه و قلبه و جعل على بصرِهِ غشاوَةً، فمن يهديه مِنْ بعد الله… و كيف تجاوز هؤلاء المُلْحِدون الحدودَ و تعدَّوا الرسومَ و خرقوا سياجَ الشريعة و الحقيقة، فظنوا بذلك أنهم على هُدًى مِن ربهم، و ليسوا كذلك بل هم على أسوأ ضلالٍ و أقبحِ خصالٍ و أبلغ المقتِ و الخسران و أنهى الكذب و البهتان… فخذل الله مُتَّبعيهِم و طهَر الأرضَ م أمثالهِم.

    Ibnu Taymiah adalah hamba yang telah ditelantarkan Allah, disesatkan, dibutakan, ditulikan dan dihinakan. Demikian dijelaskan para imam yang telah membongkar kejelakan keadaannya dan kepalsuan ucapannya. Siapa yang mengetahui hal itu hendaknya ia menelaah komnetar Imam Mujtahid yang telah disepakati akan ketokohan dan keagaungannya serta sampainya ke derajat ijtihad; Abu al hasan as Subki dan putranya, serta Imam al Izz ibn Jama’ah, demikian pula komentar mereka yang sezaman dan lainnya dari kalangan ulama mazhab Syafi’ah, Malikiah dan Hanafiah. Ibnu Taymiah tidak terbatas hanya mengkritik para pemuka sufi mutaakhkhirîn, tetapi ia juga mengkritik Umar ibn al Khaththab dan Ali ibn Abi Thalib ra….

    Hati-hatilah kamu dari menelaah buku-buku Ibnu Taymiah dan muridnya; Ibnu al Qayyim al Jawziah dan selain keduanya dari orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan dan disesatkan Allah kendati ia pandai, serta Ia tutup telinga dan hatinya serta Ia jadikan atas penglihatannya penutup, lalu siapakah yang akan memberi hidayah selain Allah… bagaimana kaum ateis itu menerobos batas dan melampau garis serta menerjang pagar syari’ah dan hakikat, mereka mengira dengan itu mereka berada di atas hidayah dari Tuhan mereka. Tidak demikian! Mereka berada d atas kesesatan paling jelek, keadaan paling buruk, puncak murka dan kebohongan dan kepalsuan paling puncak… Allah menghinakan para pengikut mereka dan membersihkan permukaan bumi dari orang-orang seperti mereka.”

    Selain itu, Anda dapat menemukan daftar panjang mana-mana ulama besar Ahlusunah dari berbagai mazhab fikih telah mengecam dan membantah keras kesesatan-kesesatan Ibnu Taymiah yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini.

    Jadi jelaslah dari paparan sekilas di atas dapat dimengerti bahwa Ibnu Taymiah bukan dari Ahlusunnah!!! Ia adalah musuh bebuyutan akidah Ahlusunah wal Jama’ah…. Perbedaan pendangan, ushul dan prinsip akidahnya bertolak belakang dari prinsip akidah Ahlusunnah!!

    Ia seorang mujassim… musyabbih, pengingkar ziarah makan suci Nabi Muhammad saw. … Pengecam tawassul dan istighâsh dan mengangapnya sebagai bid’ad dan perbuatan sesat… Pembenci nyata keluarga suci Nabi; Ali, Fatimah, Hasan, Husain …. Pembenci kaum sufi dan para waliyullah…. Ia Bapak ektrimisme eksternal di kalangan umat Islam dengan doktrin-doktrin kekerasan yang ia sebarkan di lembaran-lembaran buku-bukunya yang nyata!

    Dan yang pasti Ibnu Taymiah hanya membawa kekacauan di tengah-tengah umat Islam dengan pandangan-pandangan sesatnya yang sekarang diadopsi dan sedang dikembangkan dengan gencar kaum Arab Baduwi di Timur Tengah dan jongos-jongos mereka di tanah air tercinta!!!

    wal afu ya sayyid.

  6. xdipax berkata:

    salam

    namum … sampai detik ini saya masih bertanya2 ttg ta’wil dari sabda Rasulullah Suci (saaw) tentang SAlman MUhammady: “Salman min-naa: Ahlu’l-bayt” …

    terus terang .. jika ke-ahlulbayt-an itu terbatas pada Sayyidina `Ali, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husayn, dan Sayyidah Fathimah+beberapa itrah Rasulullah Suci yang terpilih, mengapa Salman Farisi disebut Ahlulbayt.

    thx

    *************************
    -Jawaban Kami-

    Salam.

    Istilah Ahlubait memiliki beberapa makna, ada yang bersifat sangat khsusus, khusus, umum dan lebih umum. Makna-makna itu dipahami dari berbagai riwayat yang disabdakan Nabi saw. Ahlulbait dengan makna sangat khsusus hanya untuk lima pribadi suci; Nabi, Ali, fatimah, Hasan, Husain yang dikenal dengan nama Ahlul Kisa’.

    Ahlulbait dengan makna lebih umum digunakan untuk pengikut sejati Nabi saw. seperti Salman al Farisi yang digelari Nabi saw. dengan Salman al Muhammadi.

    Wassalam.

  7. wong biasa berkata:

    Gak usah berlebihan. kan sama2 muslim. Insya Allah.

    _________________________
    -Jawaban Kami-

    Salam.
    Akhi muhtaram, apanya yang berlebihan? dalam mendudukan Ahlulbait ra. atau dalam menilai Ibnu Taymiah?
    Kita harus mendudukkan Ahlulbait segaimana kedudukan mereka di sisi Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang melecehkan mereka juga harus disikapi seperti apa yang diperintah Allah dan Rasul-Nya.

    Wassalam.

  8. Khalid berkata:

    Setiap tulisan dan ucapan akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.
    Silahkan anda pertanggungjawabkan tulisan anda di blog ini kelak di hari kiamat.
    Wallahu a’lam.

    Sabar ya akhi. Tak perlu memvonis seperti itu. Tabayyun dulu.

    *****************************
    -Jawaban Kami-

    Salam,

    Sebelum mempertanggung jawabkan semua tulisan dalam blog ini di hadapan Allah SWT di akhirat, saya sudah pertanggung-jawabkannya di hadapan para pemabaca dengan menyebut secara akurat semua rujukannya.

    Anda dapat komfirmasi sendiri secara langsung ke dalam buku-buku yang saya sebutkan.

    Anda juga perlu baca langsung tulisan-tulisan Ibnu Taymiah agar tahu bahwa apa yang saya tulis dapat dipertanggung jawabkan.

    Kalau ternyata apa yang saya tulis tidak menyenangkan hati Anda karena membongkar apa adanya Ibnu Taymiah dan pandangan-pandangannya yang nyeleneh, itu dapat saya maklumi, sebab kecintaan itu kadang membutakan dan menulikan.

    wassalam

  9. PENCARI_TUHAN berkata:

    AKHIRNYA SAYA MASIH BINGUNG, MANAKAH JALAN ISLAM YANG HARUS SAYA IKUTI. MAU IKUTI SUNNI, SYIAH ATAU SALAFI. MASING MASING PUNYA ARGUMEN YANG MEMBENARKAN ALIRANNYA. ANDAIKATA PARA ULAMA2 YANG SUDAH MENINGGAL BISA HIDUP LAGI KITA BISA BERTANYA BENARKAH AJARANNYA, SURGA ATAU NERAKA KAH YANG MENANTINYA? KARENA BAGI SAYA MEREKA SEMUA HANYA BERJANJI DAN BERJANJI DAN TAK ADA YANG PASTI

    ****************
    -Jawaban Kami-

    Salam
    carilah solusi yang jelas, apakah Nabi saw pernah mengarahkan kita untuk beragama melalui pihak tertentu?!

  10. adji berkata:

    Dear Uztadz Zainal Abidin
    Salam.Saya perlu buku terjemahan Minhaj Sunnahnya anak Taym dan biografinya.Saya me3merlukannya agar temen-temen Wahabi bisa membacanya sendiri,bukan selalu merujuk “ustadz2” mereka yang hanya menyerukan fanatisme tanpa merujuk nash dan otak.Tentang biografi itu penting agar kalo benar anak Taym itu mati bunuh diri aku punya referensinya yang terpercaya.Tolong deh.Terimakasih dan best regards.RA

    ***********************
    -Jawaban Kami-

    Salam
    Selama ini saya belum yahu apakah buku itu sudah diterjemah atau belum.
    Tentang biografinya insyaAllah akan kami tulis di blog ini.

  11. hamba fakir berkata:

    bapak zainal,
    “Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga, aalu bait para penguasa/pimpinan.”
    tolong cantumkan arabnya sama persis dengan ucapan Ibnu Taimiyyah di dalam kitabnya Minhajus Sunnah. segera ya????

    Kami Menjawab:

    Inilah teks Arab asli yang ditulis Ibn Taymiah seperti yang saudara minta.
    Ibnu Taymiah berkata:
    إنَّ فكرةَ تقديمِ آلِ الرسول هِيَ مِ، أثَرِ الجاهِليةِ في تقديمِ أهلِ بيتِ الرؤساءِ.
    Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga, aalu bait para penguasa/pimpinan.” (manhaj as Sunnah,3/269)

  12. haulasyiah berkata:

    saya hanya pingin tanya, dan tolong dijawab, kalimat dibawah ini :
    Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga, aalu bait para penguasa/pimpinan.”

    tolong sertakan tulisan arabnya, biar semua orang tahu kalau anda itu ilmiyyah

    ttd
    haulasyiah.

    Kami Menjawab:
    Inilah teks Arab asli yang ditulis Ibn Taymiah seperti yang saudara minta.
    Ibnu Taymiah berkata:
    إنَّ فكرةَ تقديمِ آلِ الرسول هِيَ مِ، أثَرِ الجاهِليةِ في تقديمِ أهلِ بيتِ الرؤساءِ.
    Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga, aalu bait para penguasa/pimpinan.” (manhaj as Sunnah,3/269)

  13. haulasyiah berkata:

    pak Zainal, kalimat dibawah ini :
    Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga, aalu bait para penguasa/pimpinan.”

    tolong sertakan tulisan arabnya, biar semua orang tahu kalau anda itu ilmiyyah, atau anda takut biar gak ketahuan gitu

    ttd
    haulasyiah.

    Kami Menjawab:

    Inilah teks Arab asli yang ditulis Ibn Taymiah seperti yang saudara minta.
    Ibnu Taymiah berkata:
    إنَّ فكرةَ تقديمِ آلِ الرسول هِيَ مِ، أثَرِ الجاهِليةِ في تقديمِ أهلِ بيتِ الرؤساءِ.

    Sesungguhnya konsep pengutamaan Aaal Rasul (keluarga Rasulullah saw.) adalah kerak peninggalan jahiliyah dalam mengutamakan keluarga, aalu bait para penguasa/pimpinan.” (manhaj as Sunnah,3/269)

  14. armand berkata:

    Saya heran…bagaimana manhaj Ibnu Taimiyyah yang jahil seperti ini bisa diminati oleh sebagian orang dan bahkan keliatan makin hari makin banyak saja?
    Bukannya setiap orang yang akan masuk dan mengikuti suatu grup/golongan/aliran harus mempelajari dulu siapa pendiri aliran itu, bagaimana akhlaknya, bagaimana fahamnya, bagaimana tulisannya, apa tujuannya, apa sasarannya, siapa para pemimpinnya, bagaimana metode gerakannya, dll?
    Damai…..damai

  15. akbar berkata:

    assalamu alaikum wr.wb
    selama ini sy adalah orang yang suka dengan argumen ibnu taimiyyah,setelah membaca tulisan2 di atas saya harus mulai dari awal lagi untuk mencari kebenaran agama saya(islam).
    mohon petunjuk!
    1.islam yang paling benar itu, apakah islam yang di ajarkan rasullullah selama hidup, atau sampai pada sahabat kulafaurrasidin,?
    2,apakah ada hadist atau riwayat nabi, ketika sahabat meninggal dunia, di adakan pengajian di malam harinya, 3 hari, 7 hari, atau 1000 harinya?
    3.kenapa harus ada mazhab di islam? dan apa hukumnya tidak mengikuti sala satu mazhab?
    mohon di jawab keragu-rguan saya..
    assalamu alaikum wr.wb

  16. dobdob berkata:

    kalau memang jelas ayat tersebut turun untuk ahli bait yang disebutkan dalam hadits tersebut, kenapa nabi perlu mendoakan agar ahli baitnya termasuk yang disucikan?

  17. buya berkata:

    al-Imam as-Sayyid Taqiyyuddin Abu Bakr al-Husni (penulis Kifayah al-AKhyar) menulis kitab berjudul “Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrad Wa Nasaba Dzalika ila al-Imam al-Jalil Ahmad”; isinya dari depan hingga belakang membongkar kesesatan Ibn Taimiyah. Kesimpulannya; Ibn Taimiyah KAFIR… bukunya ada sm sy…!!!

    • pencari kebenaran berkata:

      berani sekali ente mengkafirkan seorang ULAMA.
      akan ada pertanggung jawabanny mas 😀 tunggulah

    • syahrul ramadhan berkata:

      hati-hati dalam mengkafirkan seseorang,kalu yg dituduh kafir ternyata tidak maka kekafiranx akan kembali kepada yg menuduhnya.semogal Allah merahmati beliau(Ibnu Tamiyah)

  18. YAZID berkata:

    ini blog nya pembohong, yg cocok baca ini cuman sama2 pembohong, mohon di perhatikan. ha ha ha ha .

    mohon jangan banyak ngomong ama pembohong, percuma kawan2 anggap aja anjing menggonggong . BAWA KE DEPAG, KE PRESIDEN SUPAYA MAU TANDA TANGAN TENTANG KEASLIAN ALQURAN. DAN DI SYIAR KAN LANGSUNG DI TV.

    JANGAN BANYAK LAYANIN PEMBOHONG, NANTI KAMU OTOMATIS BEGO, UDAH TAHU BOONG DI AJAK DISKUSI. HA HA HA

  19. pencari kebenaran berkata:

    astagfirullah…. lagi2 yg punya blog ini menghujat ulama yg blm tentu dia lebih utama dari yg di hujat!!!! Wahai akhi…. takutlah kau kpada ALLAH!!!
    kalo memang ente merasa benar diskusikan langsung!!!! jgn cuma brani menghujat di dunia maya!!!!! jgn cuma jadi pengecut yg bersembunyi di balik layar monitor!!! Ajak orang2 yg menyelisihi pendapat anda lewat DEBAT TERBUKA!!!!
    Itu pun kalo anda berani lho…. hehehe..

    Wassalam…

  20. pesuluk berkata:

    @Yazid & @Pencari Kebenaran

    Terus terang, selama belasan tahun saya mengamati kaum wahabi dan pengikutnya tidak bisa memberikan bantahan yang bermutu.

    @Yazid
    Saya kira banyak pembaca blog tahu bahwa Yang bego sesungguhnya adalah anda. Karena anda tidak bisa memberikan argumentasi yang bermutu.

    @Pencari kebenaran
    Bedakan antara membeberkan bukti tentang keburukan seseorang dengan menghujat.

    Diskusi lewat blog itu lebih bagus. Dapat dilihat oleh seluruh dunia!!. Biaya Murah. Argumentasi dari kedua belah pihak pun dapat ditelaah.

    Yang pengecut itu adalah situs-situs wahabi!! yang hanya mau nampilin komentar / argumentasi yang sejalan dengan dia. Sudah jadi pengetahuan umum bahwa blog/ situs wahabi adalah situs para pengecut!!

    Kalau anda berani, tampilkan argumentasi anda. Ajak teman-teman, guru-guru dan semua pendukung anda untuk berdiskusi di blog ini kalau anda memang orang yang benar.

  21. pencari kebenaran berkata:

    pesuluk says : “Diskusi lewat blog itu lebih bagus. Dapat dilihat oleh seluruh dunia!!. Biaya Murah. Argumentasi dari kedua belah pihak pun dapat ditelaah.”

    Itulah bukti knpa kalian kaum syi’ah itu ga BERANI MENUNJUKAN KEBENARAN !!!!!!! udh jelas kan??? lha wong di ajak debat terbuka aja ga mau kok 😀
    Takut kalah dukungan ya mas ??? 😀

  22. pesuluk berkata:

    @pencari kebenaran

    untuk menunjukkan kebenaran harus dengan jalan yang benar. Mau diskusi lewat darat bisa, lewat blog bisa, lewat buku bisa, lewat akhlak kita juga.

    Masalahnya bukan berani atau tidak. Dari beberapa diskusi yang saya cermati, sebagian berjalan tidak sehat. kebanyakan tidak siap menerima kalau dirinya keliru/salah. itu saja mas.

    Ini contoh phobia yang terjadi:
    Ada wahaby bilang: Buku-buku syi’ah disembunyikan karena takut ajarannya yang sesat itu terbongkar.

    ketika buku-buku syi’ah banyak tersebar. Mereka bilang: awas buku-buku syi’ah, jangan baca buku syi’ah, menyesatkan!!

    Saya prihatin mas melihat kerancuan penalaran yangterjadi pada saudara-saudara wahaby.

  23. im muslim berkata:

    yang benar itu hanya Allah SWT,kalo mau selamat ikuti jalan yang Rasullulloh SAW contohkan yaitu al qur’an dan sunnah beliau yang shahih,biasanya hadist yang sahih itu yang bisa diterima akal sehat,ga berlebihan,yakinlah kita semua dengan kalimat LAILLLAHAILLALAH MUHAMMAD RASULULLOH,TERLEPAS DARI DEBAT INI SUNNI ITU SYIAH INI WAHABI INI KHWARAJI, INGAT ! bahwa manusia yang selamat itu adalah manusia yang ketika sakaratul maut nya mengucapkan kalimat TAUHID itu,apakah kalian percaya????
    kalo kalian wahai saudara saudara ku tidak percaya dengan kalimat dan perkataan beliau itu ,jadilah dia yang kufur, wassalam

    • Darwito berkata:

      ingat saudara !!!………bahwa NAMA itu menunjukkan pada apa yang dinamai………….dalam hal ini sangat vital karena menyangkut mengenai suatu faham yang berdampak sangat fatal bila salah

  24. abu roofiif arvidoon berkata:

    ahlul sunnah waljamaah adalah orang-orang yang mengamalakan sunnah baik secara zahir maupun batin…
    setiap rasul itu sudah diciptakanorang-orang yang memusuhi mereka termasuk dakwah-dakwah mereka.. hal semacam ini berlaku juga bagi pengikut sunah-sunnah belia SAW, maka jangan heran jika ada orng-orang yang memusuhi orang-orang yang mengamlakan sunnahnabi. hal ini sudah merupakan sunnahtullah.

    • Darwito berkata:

      apa yang anda paparkan kalo menurut saya itu kurang jelas, dari sisi mana anda memandang, syar’iyat atau aqliyat (haqiqat)…………….?

  25. Darwito berkata:

    ini adalah diskusi yang sangat menarik bagi saya untuk bergabung,

  26. […] diperhatikan ini adalah kutipan kami yang salah atas ucapan Ibnu Taymiah dalam artikel kami yang lalu, yang dipermasalahkan oleh haulasyiah. anda bisa melihat kutipan tersebut dalam artikel kami disini […]

  27. Muhammad berkata:

    Ketauan ini berindikasi blog SYI’AH!!! Hati2 dgn org munafik seperti ini! Wajar bila orang2 syi’ah membenci dan menjelek2an Syaikhul islam ibnu taimiyah ulama ahlu sunnah, karna syi’ah skit hati atas bantahan ibnu taimiyah atas agama zindiq syi’ah! Ingat jangan mudah terpengaruh dengan artikel yang berindikasi syi’ah!!!

  28. pa-ai berkata:

    Asslamu’alaikum wr wb

    Satu hal yang pasti dari kalangan Wahabi/Salafi adalah konsisten dengan “inkonsistensi”nya… saya pernah berdiskusi dgn org yg ber ‘manhaj salaf’, namun selalu saja ketika satu masalah belum selesai didiskusikan, sudah membuka masalah baru yg tidak relevan atau menuduh seseorang sudah termakan ajaran Rafidhah hanya karena tidak sepaham dalam memandang permasalahan.
    Termasuk dalam diskusi masalah ini, komentar2 dari mereka yg ber ‘manhaj salaf’/Wahabiyyun sering tidak nyambung dan melompat-lompat kesana kemari.
    Untuk admin, anda telah berusaha dengan baik dan patut dihargai karena berusaha bersikap ilmiah, terima kasih atas tulisannya.
    Bagi yg tidak berkenan dgn tulisan Admin, silakan anda berkomentar dengan ilmiah bukan dengan emosi.

    Wassalam.

  29. seorang muslim berkata:

    Islam ku :
    1. Menjadi Wahabi dgn semangat kehati2an dalam menjaga kesucian ajaran Nabi SAW, tetapi tidak berlebihan dengan mengkafirkan sesama muslim lainnya juga tidak dengan faham jism nya.
    2. Menjadi Sunni dengan semangat ijtihad ulama2 besarnya, tetapi tidak mengikuti perbuatan2 yang berlebihan yang mengarah pada perbuatan bidah ( takut jika berbuatan bidah tsb adlh yg dimaksud Nabi SAW ).
    3. Menjadi Syiah dengan semangat kecintaan kepada Ahlul bait, tetapi tidak mau berlebihan dalam memuja Ali ra melebihi kecintaan kepada Nabi SAW.

Tinggalkan Balasan ke mumtazanas Batalkan balasan

Negara Tamu